Sumber-Sumber Literatur dalam Studi Yudaisme BAK


Dalam penelitian di seputar Yudaisme BAK, ada lima sumber yang sering kali menjadi acuan. Kelima sumber tersebut adalah 1) Apocrypha 2) Pseudephigrapha 3) Dokumen PB 4) Naskah Qumran 5) Literatur Rabinik.
Jika Yudaisme BAK didevinisikan sebagai Yudaisme pada era 512 SM-100 SM, maka kitab rabinik tidak dapat dijadikan sebagai sumber utama dalam merumuskan konsep atau keyakinan Yudaisme BAK. Beberapa pakar, misalnya E. P. Sanders dan Gabriele Boccaccini memperpanjang era Yudaisme BAK dari era tahun 300 SM hingga  200 SM. Perpanjangan era tersebut, memang membuat literatur rabinik terhisab dalam literatur Yudaisme BAK. Walaupun pembagian tersebut dapat saja diterima, namun persoalan/kesulitan untuk menjadikan literatur rabinik sebagai sumber utama penelitian Yudaisme BAK, bukan sekedar pada era kemunculan literatur tersebut. Ada beberapa faktor yang membuat literatur tersebut sulit untuk diterima sebagai sumber utama dalam penelitian Yudaisme BAK, beberapa diantaranya adalah sbb:
1.      Kebanyakan literatur rabinik berasal dari era setelah paska abad ke-2 SM.[1] Misalnya saja Misnah (kumpulan ajaran lisan para rabi) disusun sekitar tahun 200-220M dan Talmud (interpretasi dari Misnah) kebanyakan disusun pada abad ke-5 dan abad 9 M.[2] Walaupun ada bagian-bagian tertentu dalam literatur rabinik berasal dari awal abad kedua (misalnya saja Melkita [kumpulan tafsiran kitab keluaran] disusun sekitar tahun 60M-140M),[3] namun kebanyakan tulisan tersebut tetaplah berasal dari abad setelah 200 M. Jadi, pandangan literatur rabinik pastilah lebih berkembang dari pandangan Yudaisme BAK, hal ini berarti ada aspek yang berubah dalam literatur rabinik jika dibandingkan dengan Yudaisme BAK.
2.      Literatur rabinik tidak dapat mewakili pandangan Yudaisme BAK. Alasannya adalah 1) literatur ini ditulis oleh salah satu gerakan Yudaisme, jadi karena ada berbagai gerakan dalam Yudaisme BAK yang pandangannya berbeda dengan literatur rabinik, maka literatur tersebut tidak bisa dijadikan sumber utama untuk melihat pandangan Yudaisme BAK. 2) literatur rabinik dituliskan untuk menjawab dan mengadaptasi segala perubahan yang terjadi dalam bangsa Israel. Peristiwa hancurnya bait Allah, membuat pergeseran paradigma bangsa Israel, jadi pandangan atau keyakinan bangsa Israel era pra-kehancuran bait Allah dan paska-kehancuran Bait Allah tidak dapat disamaratakan.
Keberatan kedua diletakan pada dokumen PB. Sebagian pakar PB-Yudaisme dapat menerima bahwa dokumen PB dapat dijadikan sumber utama dalam penelitian Yudaisme BAK. Namun, sebagian kalangan yang lain, menolak hal ini, alasannya adalah 1) sebab dokumen PB bersifat polemic, itu berarti lukisan atau gambaran PB tentang Yudaisme BAK tidaklah objektif; 2) sebab penulis PB tidak pernah mengalamatkan tulisannya kepada orang-orang Yahudi namun kepada orang-orang Kristen Yahudi dan Yunani, itu berarti pengetahuan kita tentang Yudaisme dibangun atas dasar pendekatan pembacaan reflektif “mirror reading.”
Tulisan PB sebenarnya merupakan salah satu sumber utama dalam penelaahan mengenai Yudaisme BAK. Alasannya adalah 1) tulisan PB adalah tulisan historis yang muncul di era Yudaisme BAK, yakni tulisan di sekitar tahun 40M-80M. 2) tulisan PB, khususnya surat-surat Paulus, merupakan buah karya seorang pemikir Yahudi. Walaupun Paulus kemudian menjadi Kristen, namun hal tersebut tidak membuat semua pemikiran dan pemahaman dia berubah total. Persamaan yang ditemukan antara pemikiran Paulus dengan berbagai pandangan dalam literatur Yudaisme BAK memperlihatkan bahwa ada tetap ada kontinuitas pandangan Paulus dengan Yudaisme BAK.
Diantara semua literatur diatas, yang paling merepresentasikan Yudasime BAK adalah OT Apocrypha, Pseudegrapha dan nakah-naskah dari laut mati. Untuk literatur pseudephigrapha, kita harus berhati-hati sebab tidak semua literatur tersebut mencerminkan gagasan Yahudi era bait Allah kedua.
Penjelasan/Pengantar Kitab-kitab Yudaisme BAK
·         Apocypha
Apocrypha adalah kumpulan kitab-kitab yang dianggap memiliki ‘pengajaran yang tersembunyi.’ kitab-kitab Apocrypha (walaupun tidak seluruhnya) semula dihargai dan beberapa kitab tertentu, malah, diterima sebagai kanon oleh kekristenan. Misalnya saja, Clement menggunakan kitab Wisdom of Solomon dalam pengajarannya, demikian juga dengan Polikarpus, ia pun menggunakan kitab Tobit dalam ajarannya.[4] Meskipun demikian, penilaian kekristenan zaman sekarang terhadap kitab-kitab tersebut telah bergeser. Kitab-kitab tersebut, sering kali dilihat sebagai ‘kitab-kitab yang menyesatkan’ yang ‘dilarang dibaca oleh orang Kristen.[5] Padahal, gereja mula-mula menghargai dan tetap menggunakan kitab-kitab tersebut, sebagai kitab-kitab hikmat, walaupun kitab-kitab tersebut tidak diterima dalam kanon Kristen.[6]
Literatur Apocrypha (juga Pseudephigrapha) dapat dibagi menjadi 4 bagian sesuai dengan genre-nya yakni: 1) Kitab Apokaliptik 2) Kitab Hikmat 3) Nyanyian/Mazmur-Doa 4) Narasi. Bagian Narasi terbagi 3 bagian yakni 1) Tambahan Kisah PL 2) Narasi Historis 3) Penulisan ulang kisah PL.
Kitab-kitab yang termasuk Apocrypha ada 16, yakni:
1.      Yudit.
Kitab ini adalah kitab anonim, artinya pengarangnya tidak diketahui. Kitab ini diterima sebagai kanon dalam kanon Katolik, Greek Orthodox, Rusian Orthodox. Gereja Protestan menolak kitab ini sebagai kanon sebab kanon Kristen mengikuti konon para rabbi yang juga tidak memasukkan kitab ini dalam kanon mereka. Beberapa alasan yang diusulkan para ahli terkait dengan penolakan kitab Yudith adalah (i) konsep pertobatan bangsa asing yang ada dalam kitab Yudith tidak dapat diterima oleh kelompok para rabbi; (ii) kerasnya gambaran perjungan yang diperlihatkan kitab ini, berpotensi menimbulkan persoalan dalam system politik Palestina waktu itu. Meskipun demikian, kitab ini dihargai oleh para bapak gereja. Clement, Origen, Ambrosius, Tertulian adalah contoh para bapak gereja yang menghargai isi kitab ini.
Buku ini kemungkinan besar dituliskan di era perjuangan Makabe; Era Makabe adalah era pemberontakan orang-orang Yahudi karena penindasan dalam bidang keagamaan di era Athiokhus IV, peristiwa bagaimana Anthiokus melampiaskan kemarahannya atas gagalnya serangan ke Mesir melalui menjadikan bait Allah sebagai kuil dewa Zeus dan dipersembahkannya persembahan babi di Bait Allah, menimbulkan pemberontakan yang dari orang-orang Yahudi. Dibawah Matatias dan anak-anaknya orang-orang Yahudi berusaha memurnikan bangsa Yahudi sekaligus memerangi bangsa asing.
Menurut Evans bentuk dari literatur ini merupakan narasi “heroic,” yang ditulis sekitar abad ke-2 SM.[7]Dilihat dari isinya kitab ini narasi ini mirip dengan kisah Debora dalam Hakim-hakim 4. Dalam Hakim-hakim 4 terdapat cerita mengenai Jael & Sisera, dimana Sisera panglima perang dari kerajaan Kanaan yang mati ditangan Jael. Dengan demikian, kitab Tobit bisa dikatakan sebagai “re-writing kisah-kisah PL.”
Tujuan dari kepenulisan literatur ini adalah memperlihakan 1) Allah Israel sebagai sumber keselamatan orang-orang Yahudi 2) pentingnya menjaga kesalehan hidup demi terjadinya pemulihan/restorasi Israel 3) kemungkinan untuk menerima bangsa bukan Yahudi yang benar-benar bertobat.
2.      Tobit.
Literatur ini diterima sebagai bagian kanon oleh Gereja Katolik, Greek Orthodox dan Russian Orthodox, dan literatur ini ditulis sekitar abad ke-2 SM.[8] Kitab ini sangat dihargai oleh Polycarpus, penulis kitab Sehperd of Hermas, Agustinus, Martin Luther memandang kitab ini sebagai kitab yang berguna untuk dibaca.
Genre literatur ini agak sulit untuk ditentukan, sebab dalam literatur ini ada berbagai macam jenis sastra, misalnya doa dan narasi, namun para pakar mengkategorikan literatur ini sebagai romans (narasi) hikmat.[9]
Literatur ini dituliskan untuk memberikan dorongan kepada orang-orang Yahudi supaya mereka tetap berjuang menjaga identitas sosial mereka sebagai umat Allah (dengan tetap melakukan sunat, menjaga untuk tidak makan sehidangan dengan bangsa kafir, dan memeliharakan sabat).[10] Hal kedua yang diperlihatkan oleh kitab ini adalah kebenaran hukum Deuteronomistik, kehidupan orang benar akan diberkati dan kehidupan yang berdosa akan dihukum.[11] Melalui tokoh Tobit dan Sarah, penulis memperlihatkan bahwa Tuhan menjadikan penderitaan sebagai jalan kepada pemulihan, ini adalah bagian dari teologi deuteronomic.
3.      Tambahan Daniel.
Literatur ini memiliki 3 bagian yakni Doa Azarya dan Nyanyian Tiga Anak Manusia, kisah Susana, dan Kisah Bel dan Dragon. Literatur ini juga merupakan bagian dari kelompok kitab yang terkategori tambahan/perluasan kisah PL.
Doa Azarya ditulis sekitar tahun 170-160 SM dan Nyanyian Tiga Anak Manusia ditulis sekitar tahun 100SM, sedangkan waktu kepenulisan kisah Susanna, dan kisah Bel & Dragon sulit untuk ditentukan.  Literatur Doa Azarya dan Naynyain Tiga Anak Manusia tidak diterima dalam kanon Protestan, namun diterima dalam kanon Katolik dan Orthodox. Meskipun demikian beberapa gereja protestan sangat mengargai kitab ini sehingga kitab ini dijadikan sebagai salah satu bahan dalam bacaan dalam liturgy gereja Anglican dan Episcopal.  Literatur Doa Azrya dituliskan dengan tujuan memperlihatkan kebenaran Allah dan pemeliharaan Allah; (ii) pentingnya menjaga kesalehan; (iii) teologi kitab deuterimomic juga mewarnai kitab ini, penulisnya melihat kondisi mereka sebagai akibat dari ketidaksetiaan mereka kedalam perjanjian.
Buku kedua yang ditulis dalam kitab tambahan Daniel adalah Kisah Susana. Kitab ini bercerita mengenai kisah seorang janda yang takut akan Allah yang diperdaya oleh dua tua-tua Israel yang jahat. Mereka ingin bersetubuh dengan Susana, namun Susana menolaknya karena takut akan Tuhan, dan kedua tua-tua itu bersaksi palsu mengenai Susana. Meskipun demikian, Tuhan memakai Daniel untuk membela Susana dan menghukum kedua tua-tua Yahudi tersebut.
Setting historis dari kitab Susana sulit untuk ditentukan. Dilihat dari isi ceritanya mengenai tua-tua (pemimpin jemaat) yang korup, mengindikasikan bahwa literatur ini dituliskan setelah masa perjuangan Makabe. Dalam gereja mula-mula, kitab Susana menempati nilai penting, hal tersebut nampak dalam Katekombe (tempat orang Kristen beribadah saat era penganiayaan pada masa 3 abad pertama) terdapat lukisan tangan mengenai kisah Susana. Cerita ini nampaknya telah menjadi berkat bagi orang-orang Kristen yang mengalami pergumulan yang sama, yakni mengalami fitnah yang dapat membawa mereka kepada hukuman. Kitab ini dituliskan sepertinya untuk mengajarkan pembacanya untuk (i) takut kepada Tuhan; (ii) memperlihatkan aspek keadilan dan pembelaan dari Tuhan kepada kaum tertindas; (iii) hukum deoteronomistic.
Buku terakhir dalam kitab tambahan Daniel adalah kisah mengenai Bel dan Dragon. Buku ini terbagi dua bagian yakni diskusi antara Daniel dengan raja Babel, mereka mendiskusikan apakah Bel dan Dragon adalah Allah yang sejati. Dilihat dari isinya, kitab ini sepertinya ditulis dimasa dimana orang-orang Yahudi sedang berhadapan dengan proses hellenisasi. Konteks historis secara tepat sulit untuk ditentukan sebab ada cukup panjang rentan waktu dimana proses hellenisasi terjadi dalam kehidupan masyarakat Yahudi. Kisah Bel dan Dragon, sepertinya dipengaruhi oleh teks dari Yesaya 45:1-46:7. Gagasan hanya ada satu Tuhan saja nampak dalam ps. 45:5-6, 12, 18, 21-22 bdk Bel. 5, 25; gagasan mengenai tidak berdayanya berhala dibicarakan dalam ps. 45:16, 20, 46:1-2, 7.
Dalam kehidupan gereja mula-mula literatur ini menempati nilai yang juga penting. Irenaus, Clement dan Tertulian menggunakan kitab ini dalam tulisan yang mereka tulisakan dalam membela keyakinan iman Kristen mereka. Buku ini dituliskan untuk (i) menyerang gagasan penyembahan berhala (ii) Allah yang hidup dan benar hanyalah Allah Israel.
4.      Tambahan Ester.
Gereja Katholik, Greek Orthodox dan Russian Orthodox dapat menerima literatur ini sebagai bagian dari kanon, sedangkan Kristen Protestan tidak menerimanya.[12] Kitab tambahan Ester tidak mendapatkan tempat yang terlalu penting dalam gereja mula-mula, kecuali bagian Doa Ester, bagian tersebut digunakan dan dijadikan sebuah doa yang bernilai oleh Clement, ia memandang bahwa doa tersebut memperlihatkan bahwa Allah mampu menguatkan orang lemah bagi pekerjaan tangan Tuhan.
Literatur ini termasuk ke dalam kategori kelompok kitab yang merupakan tambahan/perluasan kitab suci (PL). Ada dua pandangan yang berbeda mengenai waktu kepenulisan literatur ini yakni tahun 78SM-77SM dan 114SM-113SM.[13]
Tujuan teologis dari kepenulisan Tambah Ester adalah menambahkan aspek teologis yang hilang dari kitab Ester yakni perspective tentang Allah dan agama Yahudi.[14] Dalam tambahan Kit Ester ditegaskan bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu (Tamb. C.10-11), Allah adalah berdaulat (Tamb. Est. C:9, 11), Allah adalah setia pada umat-Nya (ps. Tamb. Est. F. 6-10). Tujuan kedua dari tambahan kitab Ester adalah memperlihatkan mengenai prinsip deuteronomistic, dosa akan membawa kepada penghukuman (Tamb. Est. C. 13; F.4-5). Tujuan ketiga adalah mendorong orang-orang Yahudi untuk meneladani pola hidup Moderkhai dan Ester (yang tidak kompromi dengan kebiasaan paganism) sebagai pola hidup umat Tuhan (lih. Tamb. Est C. 5; E. 13).
5.      Kebijaksanaan Salomo.
Literatur ini diterima sebagai kanon oleh gereja Katolik, Greek Orthodox, dan Russian Orthodox. Literatur ini kemungkinan besar ditulis pada abad ke-1 SM, dan literatur ini kemungkinan bersasal atau dipelihara oleh orang-orang Yahudi di Alexandria.[15]
Ada dua pandangan berbeda mengenai bentuk dari literatur ini, pandangan pertama mengatakan literatur ini termasuk ke dalam sastra hikmat, sedangkan pandangan kedua memandang literatur ini merupakan kumpulan kotbah.[16] Para pakar menyejajarka literatur ini dengan Amsal Salomo dan Kebijaksanaan Sirakh.
Isi dari literatur ini adalah berbagai nasihat mengenai bagaimana seseorang harus hidup, pertangungan zaman manusia dihadapan Tuhan, dan kutuk bagi orang-orang fasik. Menurut Bruce M. Metzger, sebagaimana dikutip oleh deSilva, literatur ini ditulis dengan 3 tujuan yakni:[17] 1) membuat orang-orang yang Yahudi yang (dianggap) murtad menyesali kesalahan mereka dan bertobat 2) memberikan dorongan teologis kepada orang-orang Yahudi yang setia untuk tetap mempertahankan iman mereka serta ketaatan mereka pada hukum Tuhan 3) memperingatkan dan menentang agama kafir dan penyembahan berhala.
6.      1Esdras.
Literatur ini ditolak oleh Kristen Protestan dan Katholik sebagai bagian dari kanon, namun Gereja Greek Orthodox dan Russian Orhodox menerima literatur ini sebagai bagian dari kanon. Literatur ini ditulis sekitar abad ke-2SM.[18] Literatur ini merupakan narasi penulisan ulang kisah PL yakni kisah dari 2 Taw 35:1-36:23 (mengenai restorasi yang dikerjakan oleh Yosia dan runtuhnya kerajaan Yehuda), kisah Ezra, dan Nehemia. Literatur ini dituliskan untuk menegaskan pentingnya kesucian ibadah dalam bait Allah.[19]
7.      Mzmur 151.
Waktu kepenulisan literatur ini sulit untuk ditentukan, namun penemuan dari naskah Qumran memperlihatkan bahwa Maz 151 termasuk salah satu mazmur yang dikategorikan kumpulan Mazmur Qumran. Literatur ini menceritakan mengenai panggilan Allah atas Daud dan peperangan Daud melawan Goliat. Dilihat dari bentuknya, literatur ini dapat dikategorikan sebagai Mazmur/nyanyian, namun dilihat dari isinya literatur ini merupakan penulisan ulang kisah PL. Tujuan dari Maz 151 kemungkinan ada dua yakni 1) memperlihatkan apa yang kurang dari kitab Mazmur, yakni kisah tentang Daud 2) memberikan dorongan moral dan teologis bagi bangsa Israel yang sedang dalam keadaan tertindas seperti orang Israel di zaman Daud.[20]
8.      Doa Manasseh.
Literatur ini diterima sebagai bagian dari kanon oleh Gereja Greek Orthodox.[21] Dilihat dari bentuknya, maka literatur ini terkategori kelompok kitab Mazmur/doa/nyanyian, namun dilihat dari isinya literatur ini masuk ke dalam kelompok literatur yang merupakan tambahan kisah PL atau penulisan ulang kisah PL. Literatur ini bercerita tentang kisah pertobatan dan doa permintaan ampun dari Manasseh, seorang raja yang jahat di mata Tuhan, dan kemudian ia mengalami pembuangan. Literatur ini kemungkinan besar dituliskan pada sekitar 200SM-50SM.[22] Tujuan dari kepenulisan literatur ini adalah memperlihatkan ketidakterbatasan anugerah Allah dan pentingnya pertobatan yang sejati.[23]
9.      Kebijaksanaan (Yesus Bin) Sirach.
Literatur ini diterima sebagai kanon oleh Gereja Katolik, Greek Orthodox, dan Russian Orthodox. Literatur ini ditulis sekitar abad ke-2 SM dan bentuk dari literatur ini masih terkategori sastra hikmat.[24] Literatur ini berbicara mengenai pentingnya hikmat Allah dalam keselamatan, dan hikmat tersebut dipandang sebagai anugerah Allah yang akan diperoleh manusia/orang-orang Yahudi melalui ketaatan mereka pada hukum Tuhan.[25] Menurut beberapa pakar Yudaisme (misalnya saja Metzger), literatur ini merupakan salah satu bentuk awal/akar dari Rabinik Yudaisme.[26]
10.  Baruch.
Penanggalan kitab Barukh cukup sulit untuk ditentukan. Hal tersebut disebabkan literatur tersebut adalah seperti bunga rampai yang mengalami proses editing,[27] meskipun demikian, dalam bentuk akhirnya, kitab Barukh sudah terbentuk pada abad ke-1SM. Menentukan bentuk kitab Barukh juga tidak mudah, sebab dalam literatur ini ada berbagai sastra yang terhisab dalamnya, misalnya narasi historis, ratapan, hikmat dan doa.[28] Tujuan dari kitab ini adalah menegaskan 1) pembuangan adalah penghukuman Allah atas dosa-dosa Israel 2) menegaskan bahwa Allah adalah pribadi yang penuh dengan kemurahan dan Allah berjanji akan adanya era restorasi 3) Orang-orang Yahudi harus mempertahankan kehidupan yang taat pada hukum dan kehidupan yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain sebagai syarat bagi pemulihan tersebut.
11.  Surat Yeremia.
Literatur ini dalam bentuk naskah Ibrani sepertinya telah tersusun sekitar tahun 280SM.[29] Walaupun literatur ini dinamai surat Yeremia, namun bentuk dari literatur ini sebenarnya sebuah apologetika. Literatur ini dituliskan untuk meneguhkan orang-orang Israel untuk menjaga diri mereka tidak ikut dalam pencampuradukan agama. Orang-orang Yahudi didorong untuk tetap mempertahkan identitas mereka sebagai orang-orang yang hidup menurut hukum.
12.  1Makabe.
Kitab 1Makabe menceritakan mengenai keberanian Mattathias dan anak-anaknya dalam melawan kekejaman Anthiokhus IV Epiphanes. Literatur ini diduga sebagai salah satu bentuk propaganda untuk membela dinasti Hasmonean.[30] Literatur ini ditulis sekitar akhir abad ke-2 SM.
13.  2Makabe.
Literatur ini dituliskan untuk memberikan perspective teologis untuk mendukung pandangan orang-orang Yahudi yang ingin menjadikan bait Allah dan bangsa Yahudi bebas dari pengaruh hellenisme. Literatur ini kemungkinan besar dituliskan pada abad ke-1 SM.
14.  3 Makabe.
Literatur ini ditulis sekitar abad 1M. Walaupun literatur ini memikili nama 3 Makabe, namun cerita dalam literatur ini sama sekali tidak terkait dengan pemberontakan Makabe. Literatur ini menceritakan mengenai penganiayaan/ penderitaan orang-orang Yahudi di mesir. Tujuan dari literatur ini sepertinya adalah untuk mendorong orang-orang Yahudi tetap setia kepada keyahudian mereka.
15.  4 Makabe.
Literatur ini dituliskan pada abad 1M. Literatur ini juga tidak ada kaitannya dengan pemberontakan Makabe. Tujuan dari kepenulisan literatur ini adalah untuk membuktikan bahwa agama Yahudi sebagai agama yang benar.
16.  2 Esdras.
Kitab ini diterima sebagai bagian dari kanon oleh gereja Russian Orthodox. 2 Esdras sebenarnya merupakan perluasan dari kitab IV Ezra, dimana 2 Esdras 3-14 berasal dari IV Ezra, dan sisinya yakni 2 Esdras 1-2 dan 15-16 merupakan tambahan dari kelompok Kristen.[31]

Pseudephigrapha
Istilah Pseudepigrapha memiliki arti kitab-kitab yang penulisnya adalah semu. Meskipun demikian, istilah tersebut digunakan tidak dalam konteks harafiah, sebab kitab-kitab yang secara arti kata merupakan pseudephigrapha, misalnya tambahan kitab Daniel, namun tetap masuk ke dalam kitab Apocrypha. Istilah Pseudephigrapha digunakan untuk membicarakan kitab-kitab diluar Apocrypha.[32] Charlesworth memberikan 5 krateria untuk kelompok kitab yang terkategori pseudepigrapha:[33] 1) tulisan tersebut haruslah dikarang oleh orang Yahudi atau Kristen 2) Tulisan tersebut terkait dengan figure ideal tokoh PL masa lalu 3) literatur tersebut mengklaim diri mereka membawa perintah.perkataan Tuhan 4) Literatur tersebut biasanya membangun ide dan ceritanya berdasarkan PL 5) literatur tersebut ditulis sekitar 200SM-200M.
Kitab-kitab yang disebut pseudephigrapha cukup banyak dan memiliki beragam gaya sastra.
1.      Kitab-kitab yang terkategori literatur Apokaliptik
a)      Kitab 1 Enokh
b)      Kitab 2 Enokh
c)      Kitab 3 Enokh
d)     Sibylinine Oracles
e)      Treatise of Shem
f)       Apocryphon of Ezekiel
g)      Apocalypse of Zephaniah
h)      4 Ezra
i)        Greek Apocalypse of Ezra
j)        Vision of Ezra
k)      Question of Ezra
l)        Revelation of Ezra
m)    Apocalypse of Sadrach
n)      2 Barukh
o)      3 Barukh
p)      Apocalypse of Abraham
q)      Apocalypse of Adam
r)       apocalypse of Elijah
s)       Apocalypse of Daniel
2.      Kitab-kitab yang termasuk kelompok Tesatament
a)      Testament of Twelve Patriachs
b)      Testament of Job
c)      Testament of Tree Partiachs
d)     Testament of Moses
e)      Testament of Solomon
f)       Testament of Adam
3.      Kitab-kitab yang termasuk Old Testament Expansion
a)      Letter of Aristeas
b)      Jubilees
c)      Martyrdom and Ascension of Isaiah
d)     Joseph and Aseneth
e)      Life of Adam and Eve
f)       Pseudo-Philo
g)      Lives of the Prophets
h)      Ladder of Jacob
i)        4Barukh
j)        Jannes and Jambres
k)      History of the Rechabites
l)        Eldad and Modad
m)    History of Joseph
4.      Kelompok kitab yang termasuk Wisdom and Philosophical Literature
a)      Ahiqar
b)      Pseudo-Phocylides
c)      The Sentence of the Syriac Menander
5.      Kelompok kitab yang termasuk Prayers, Psalm and Odes
a)      More Psalm of David
b)      Psalm of Solomon
c)      Prayer of Joseph
d)     Prayer of Jacob
6.      Kelompok Fragments
a)      Theodotus
b)      Orphica
c)      Ezekiel the Tragedian
d)     Fragments of Pseudo-Greek Poets
e)      Aristobulus
f)       Demetrius the Cronographer
g)      Aristeas the Exegate
h)      Eupolemus
i)        Pseudo-Eupolemus
j)        Cleodemus Malchus
k)      Arthapanus
l)        Pseudo-Hecataeus.

Qumran
Penemuan Qumran adalah salah satu sumber penting dalam perkembangan penelitian early Christianity maupun penelitian Yudaisme BAK. Naskah yang ditemukan tersebut memberikan catatan penting mengenai kepercayaan dari salah satu komunitas Yahudi yang hidup sekitar 200SM sampai 68M.[34] Sebagaimana dijelaskan oleh W. D. Davies, berbagai kesamaan yang terlihat dari literatur Qumran dan naskah PB, memperlihatkan bahwa ada kesamaan latar belakang antara literatur tersebut dengan PB, disinilah pentingnya penelitian literatur tersebut bagi penelitian PB.[35]
Ada berbagai naskah yang ditemukan dalam gua-gua di laut mati. Meskipun demikian, tidak seluruh kitab-kitab tersebut telah didiskusikan signifikansinya dalam penelitian Yudaisme BAK. Beberapa kitab yang dinilai sebagai literatur yang penting dalam penelitian Yudaisme BAK adalah sbb:
1.      1QH (Hodayot-Nyanyian Syukur). Literatur ini berbicara banyak mengenai konsep perjanjian. Dalam literatur ini juga dibicarakan mengenai konsep predestinasi dan anugerah Allah dalam hubungan pernjanjian antara Allah dan anggota komunitas/Umat.
2.      1QM (Milhaman-Kitab/Naskah Perang). Literatur ini menggambarkan peperangan antara anak-anak terang dengan anak-anak kegelapan. Dalam literatur ini dibicarakan mengenai perbedaan antara anak-anak teran dan kegelapan, kemudian juga dibicarakan mengenai berbagai aturan bagi para pemimpin, dan berbagai nasehat, doa, berkat dan kutuk yang disampaikan oleh pemimpin komunitas.[36]
3.      1QpHab (Peser-Tafsiran kitab Habakuk). Dalam literatur ini diperlihatkan mengenai bagaimana komunitas Qumran mentafsirka/memahami kitab tersebut.
4.      1QS (Serek hayyahad-aturan komunitas/manual disiplin). Literatur ini diduga berasal dari era awal komunitas Qumran (sekitar abad ke-2 SM).[37] Dalam literatur ini dibicarakan mengenai berbagai aturan yang diberlakukan bagi masuknya seseorang dalam komunitas Qumran, penjelasan mengenai tujuan dari berbagai aturan tersebut, ajaran tentan dua macam roh, dan gambaran ideal komunitas umat Tuhan.[38]
5.      4QFlor (Florilegium-Eschatological Miidrashim). Dalam bagian ini dibicarakan tafsiran dari beberapa teks PL.
6.      4QMMT (Miqsat Maaseh Torah). Dalam literatur ini dibicarakan mengenai pemisahan atau hal-hal yang membedakan antara komunitas Qumran dengan lembaga/aliran pengelola bait Allah (aliran Saduki).[39]
7.      CD (Damascus Document). Literatur ini menceritakan mengenai sejarah bangsa Israel yang digambarkan sebagai bangsa yang berjalan dalam kegelapan dan kemudian Tuhan membangkitkan/mengirimkan Guru Kebenaran yang akan memimpin Israel untuk tetap setia pada jalan Tuhan dan untuk dapat memasuki New Covenant.[40]




[1] Bdk. Mark Adam Elliot, The Survivors of Israel: A Reconsideration of the Theology of Pre-Christian Judaism (Grand Rapids: Eerdmans, 2000), 3.
[2] Lih. Craig A. Evans, Noncanonical Writings and New Testament Interpretation (Peabody: Hendricson, 1992), 118-119, 126-127.
[3] Evans, Noncanonical Writings, 128-129.
[4] Lih. deSilva, Introducing the Apocrypha, 34.
[5] Lih. deSilva, Introducing the Apocrypha, 16.
[6] deSilva, Introducing the Apocrypha, 17.
[7] Lih. Evans, Noncanonical Writings, 12.
[8] Evans, Noncanonical Writings, 11-12.
[9] Evans, Noncanonical Writings, 12.
[10] Bdk. deSilva, Introducing the Apocrypha, 70.
[11] Ibid., 78.
[12] lih. deSilva, Introducing the Apocrypha, 12.
[13] Lih. deSilva, Introducing the Apocrypha, 117.
[14] Evans, Noncanonical Writings, 12.
[15] Bdk. Evans, Noncanonical Writings, 13.
[16] Lih. deSilva, Introducing the Apocrypha, 134.
[17] deSilva, Introducing the Apocrypha, 135.
[18] Evans, Noncanonical Writings, 10.
[19] Bdk. deSilva, Introducing the Apocrypha, 287.
[20] Bdk. deSilva, Introducing the Apocrypha, 303.
[21] Evans, Noncanonical Writings, 15.
[22] deSilva, Introducing the Apocrypha, 296.
[23] deSilva, Introducing the Apocrypha, 300.
[24] deSilva, Introducing the Apocrypha, 158, 169.
[25] Boccaccini, Middle Judaism, 82-83, 98-99.
[26] deSilva, Introducing the Apocrypha, 13.
[27] Gowan, “Wisdom” in Justification and Variagated Nomism, 221.
[28] deSilva, Introducing the Apocrypha, 205. Gowan, “Wisdom” in Justification and Variagated Nomism , 221: memasukan literatur Barukh ke dalam kelompok literatur sastra hikmat.
[29] deSilva, Introducing the Apocrypha, 216.
[30] Lih. Evans, Noncanonical Writings, 16.
[31] Lih. Evans, Noncanonical Writings, 10-11.
[32] Bdk. Evans, Noncanonical Writings, 21-22.
[33] Lih. Evans, Noncanonical Writings, 22.
[34] Lih. Ferguson, Backgrounds of Early Christianity, 437.
[35] Davies, Christianity Origins and Judaism, 117, 144, 177.
[36] Bdk. Ferguson, Backgrounds of Early Christianity, 441-442.
[37] Ferguson, Background of Early Christianity, 493.
[38] Ferguson, Background of Early Christianity, 439.
[39] Lih. Ferguson, Backgound of Early Christianity, 445.
[40] Ferguson, Background of Early Christianity, 441.