A.
Pendahuluan
Ada beberapa penjelasan terminologi yang harus kita bicarakan terlebih dahulu sebelum kita membicarakan mengenai kitab-kitab deuterokanonika.
a.
Yudaisme; secara historis Yudaisme dapat dibagi menjadi beberapa kategori yakni:
·
Yudaisme Pra-Pembuangan (zaman
Musa - Monarki)
·
Yudaisme Pasca-Pembuangan
·
Intertestamental Judaism/Late
Judaism/Early Judaism/Second Temple Judaism
·
Rabbinic Judaism
b.
Early Jewish Literature; berikut ini adalah beberapa literatur yang diacu dalam studi Yudaisme.
·
Perjanjian Lama
Ada dua versi dari
Alkitab PL, versi pertama adalah versi bahasa Ibrani yang bersumber dari
naskah-naskah yang dipelihara oleh kelompok Rabbinic. Versi yang kedua adalah
versi Yunani dari PL, yang dikenal dengan nama Septuaginta (LXX), sebuah versi
terjemahan PL yang dibuat di Alexandria Mesir dan digunakan secacara umum oleh
komunitas Yahudi termasuk orang-orang Kristen perdana.
·
Old Testament Apocrypha
Ø Arti dari istilah “OT apocrypha” adalah “tersembunyi.” Istilah ini
sering dilihat secara negatif dan diartikan sebagai kitab-kitab yang
tersembunyi kesesatan dalamnya, padahal yang dimaksudkan dengan “apocrypha”
sesungguhnya adalah kitab-kitab yang didalamnya memuat “rahasia” atau “hikmat”
yang akan diperoleh oleh orang-orang yang tekun dalam mencarinya (Bdk. Amsal
2:3-5).
Ø Kitab-kitab yang terkategori “OT apocrypha” adalah sbb:
1 Esdras
2 Esdras
Tobit
Judith
Add. Esther
Wisdom of Solomon
Epistle of Jeremiah
Baruch
Addition to Daniel
Prayer of Manasseh
1 Maccabees
2 Maccabees
3 Maccabees
4 Maccabees
Mazmur 151
·
Old Testament Pseudepigrapha
Ø Pseudepigrapha secara harafiah memiliki arti literatur dengan nama
penulis semu, artinya, literatur ini dituliskan oleh penulis yang
mengatasnamakan orang lain yakni tokoh-tokoh tertentu dalam PL. Meskipun
demikian, para ahli cenderung melihat bahwa istilah “pseudepigrapha digunakan
untuk menyebut kelompok literatur Yahudi yang terkatagori kelompok selain
Apocrypha dan PL.
Ø Dalam pemahaman masyarakat Yahudi, kelompok kitab Pseudepigrapha
mendapatkan posisi yang lebih rendah dalam pengaruh atau otoritasnya
dibandingkan dengan tulisan-tulisan PL dan apocrypha.
·
Naskah Laut Mati (Qumran)
Sekitar tahun 1947
ditemukan kumpulan kitab yang tersembunyi di gua-gua seputar laut mati.
Kumpulan kitab ini berasal dari komunitas yang disebut sebagai komunitas
Qumran. Mereka adalah salah satu komunitas Yahudi yang hidup di zaman Yesus.
Tulisan-tulisan yang mereka wariskan sangat penting bagi penelitian Alkitab
sebab tulisan-tulisan tersebut merepresentasikan pemikiran orang-orang yang
hidup di era abad pertama masehi.
·
Literatur Rabbinic
Masyarakat Yahudi
era abad pertama masehi adalah masyarakat yang majemuk, didalamnya terdapat
berbagai gerakan keagamaan. Pada tahun 70 M, terjadi penyerangan terhadap kota
propinsi Yudea, kota Yerusalem dihancurkan karena pemberontakan orang-orang
Yahudi terhadap kekaisaran Roma. Proses perlawanan orang Yahudi terus berlangsung
sampai tahun 135 M; di tahun ini semua gerakan keagamaan orang Yahudi hampir
musnah kecuali kelompok para rabbi; kelompok inilah yang kemudian menjadi
gerakan keagamaan orang-orang Yahudi yang bertahan sampai hari ini. Literatur
yang ditulis oleh para rabbi inilah yang dikenal sebagai Literatur
Rabbinic/Tannaitic.
·
Jospehus & Philo
Josephus dan Philo
adalah sejarawan Yahudi, mereka mewariskan cukup banyak tulisan yang menolong
para ahli Alkitab dalam melihat situasi dan kondisi kehidupan orang-orang
Yahudi di era abad pertama Masehi. Josephus adalah sejarawan Yahudi yang
tinggal di Yudea dan menulis banyak tentang pergumulan bangsa Yahudi saat
melawan Roma; sedangkan Philo adalah sejarawan Yahudi yang tinggal di
Alexandria.
·
Perjanjian Baru
c.
Deuterokanonika
·
Kumpulan kitab yang diterima
sebagai “tambahan” (supplement) dalam kanon kitab suci kaum Katolik dan
Orthodox. Kaum Katolik dan Orthodox membedakan antara “protokanonika” dan
“deuterokakonika.”
Kanon Kitab Suci
a.
Dasar Kanon PL
·
Ditulis oleh Nabi atau orang
yang dekat dengan Nabi
·
Dikenaal oleh kumunitas umat
Israel/Yahudi sebagai kitab-kitab yang berotoritas
·
Digunakan dalam ibadah orang
Israel/Yahudi
b.
Dasar Kanon PB
·
Harus ditulis oleh Rasul atau
orang yang dekat dengan Rasul
·
Ajarannya tidak boleh
bertentangan dengan pokok ajaran utama kitab-kitab PB lainnya
·
Kitab tersebut haruslah
dikenali dan diterima oleh semua pusat kekristenan sebagai kitab yang
berotoritas.
Sikap Para Bapak Gereja
Terhadap Apocrypha
·
Para bapak gereja awal seperti Clemens
mengadaptasi tradisi dari kitab Kebijaksanaan Salomo dalam tulisannya yakni 1
Clement (bdk. Wis. 2:24; 12:12 dengan 1 Clement 3:4; 27:5); Polykarpus bapak
gereja awal dari Smirna yang diduga sebagai salah satu murid Yohanes, dalam
tulisannya “surat kepada jemaat Filipi Polycarpus mengadopsi pemikiran dari
kitab Tobit (bdk. Surat kepada Filipi 10.2; Tob. 4:10; 12:9); Irenaeus, murid
dari Polycarpus yang berjuang melawan ajaran Gnostikisme abad 2M menggunakan
tambahan kitab Daniel sebagai salah satu sumber ajarannya); Tertullianus, yang
sezaman dengan Irenaues dan melawan ajaran yang sama yakni Gnostikisme, sangat
mengahargai kitab Hikmat Salomo; Origen banyak menggunakan gagasan dari kitab
Barukh dan surat Yeremia), dalam tulisan mereka, pemikiran dari literatur
apocrypha sering kali muncul; Athanasius, bapak gereja yang berperan penting
dalam pembentukan pengakuan iman Nicea, juga begitu akrab dengan kitab Barukh
dan surat Yeremia dan menganggapnya penting untuk dibaca saat membaca kitab
nabi Yeremia.
Agustinus, yang
dikenal sebagai bapak dari bapak gereja awal, seperti para bapak gereja
sebelumnya tidak menyamakan kitab-kitab Apocrypha sebagai firman Allah, namun
Agustinus adalah bapak gereja yang mengenal dan mempelajari kitab-kitab
Apocrypha. Agustinus bahkan menganggap kitab-kitab Apocrypha sebagai
kitab-kitab yang tidak terpisahkan dari kanon kitab suci. Karya Agustinus yang
terkenal, De Trinitate, menggunakan
tradisi dari kitab Hikmat Salomo dan Sirakh untuk mendiskusikan ajaran
Tritunggal.
Hal-hal ini
menunjukkan bahwa tulisan apocrypha, walaupun tidak diterima sebagai bagian
dari kanon, namun mendapat tempat khusus dalam pemikiran para bapak gereja
awal. Tulisan-tulisan dari literatur Apocrypha dipandang memiliki nilai-nilai
penting dalam pendidikan umat Tuhan, walaupun tidak memiliki otoritas seperti
halnya kitab-kitab kanonik.
·
Sikap Martin Luther
Martin Luther
seperti halnya Agustinus dan para bapak gereja, walaupun tidak menerima
kitab-kitab Apokripa sebagai kitab yang berotoritas seperti halnya PL dan PB,
namun ia percaya bahwa kitab-kitab ini bernilai. Buku-buku tersebut (apocrypha)
tidak dapat digunakan untuk membangun ajaran (doktrin) namun tetap berguna
untuk pendidikan (moral). Luther menulis demikian” “these are books that,
though not esteemed like the holy Scripture, are still both useful and good to
read.”
·
Sikap Yohanes Calvin
Ø Sikap Yohanes Calvin dan pengikutnya (kaum Reformed) terhadap
literatur Apocrypha lebih tegas dibandingkan para bapak gereja yang lain. Dalam
pengakuan iman Westminster ditegaskan “buku-buku yang dikenal Apocrypha tidak
memiliki inspirasi ilahi, bukan bagian dari kanon Alkitab, oleh karena itu
tidak memiliki otoritas dalam gereja Allah, ataupun menjadi tulisan lain yang
diterima, tetapi hanya berguna tidak lebih dari tulisan-tulisan lain manusia.”
Ø Kalimat di atas sepertinya dipahami sebagai larangan bagi
orang-orang Kristen untuk membaca kitab-kitba Apokripha, padahal dalam
pengakuan iman tersebut, yang ditegaskan adalah “kedudukan” dari literatur
tersebut yang tidak dikategorikan sebagai tulisan yang diilhamkan Allah, namun
tidak berarti literatur itu sesat sehingga tidak boleh dibaca.
Sikap Orang Kristen terhadap
literatur Apocrypha
a.
Kaum Protestan menolaknya
·
Kaum Protestan, kecuali gereja
Anglikan, sering kali memandang kumpulan kitab Apocrypha sebagai “forbidden
books” atau “heretical books.” Dalam gereja Anglikan, bacaan bertanggapan yang
ada dalam ibadah bisa terambil dari kitab-kitab Apocrypha.
b.
Kaum Katolik, Orthodox Yunani
dan Rusia, juga Gereja Coptic menerima sebagian diantaranya atau seluruhnya.
Apocrypha
|
Katolik
|
Greek
Orthodox
|
Russian Orthodox
|
Coptic
|
1 Esdras
|
-
|
1 Esdras
|
1 Esdras
|
-
|
2 Esdras
|
-
|
-
|
2 Esdras
|
-
|
Tobit
|
Tobit
|
Tobit
|
Tobit
|
Tobit
|
Yudith
|
Yudith
|
Yudith
|
Yudith
|
Yudith
|
Add. Esther
|
Add Esther
|
Add. Esther
|
Add. Esther
|
Add. Esther
|
Wisdom
|
Wisdom
|
Wisdom
|
Wisdom
|
Wisdom
|
Sirach
|
Sirach
|
Sirach
|
Sirach
|
Sirach
|
Baruch
|
Baruch
|
Baruch
|
Baruch
|
Baruch
|
Ep. Jeremiah
|
Ep. of Jeremiah
|
Ep. Jeremiah
|
Ep. Jeremiah
|
Ep. Jeremiah
|
Add. Daniel
|
Add. Daniel
|
Add. Daniel
|
Add. Daniel
|
Add. Daniel
|
Prayer of Manase
|
-
|
Prayer of Manase
|
Prayer of Manase
|
-
|
1 Maccabe
|
1 Maccabe
|
1 Maccabe
|
1 Maccabe
|
1 Maccabe
|
2 Maccabe
|
2 Maccabe
|
2 Maccabe
|
2 Maccabe
|
2 Maccabe
|
3 Maccabe
|
-
|
3 Maccabe
|
3 Maccabe
|
-
|
4 Maccabe
|
-
|
4 Maccabe
|
-
|
-
|
Mazmur 151
|
-
|
Mazmur 151
|
Mazmur 151
|
-
|
·
Alasan Perbedaan Sikap Kaum
Protestan dan Katolik-Orthodox dalam hal penerimaan apocrypha.
Ø Terjemahan Yunani PL (LXX) memuat sebagian kitab Apocrypha;
Keputusan para rabbi di Jamnia (tahun 90M) membatasi PL hanya pada 39 kitab PL.
Ø Kaum Katolik, Orthodox dan Coptic mengikuti LXX sedangkan kaum
Protestan mengikuti Konsili para Rabbi.
Pentingnya Mengenal
Deuterokanonika
a.
Melihat konteks
historis-sosiologis orang-orang Yahudi era PB
·
Kesaksian Iman dan pergumulan
dari orang-orang Yahudi yang hidup pada abad 3SM-1SM; era ini adalah era dimana
Yesus dan Para Rasul hidup/berkarya.
Ø Sikap 1 dan 2 Makabees memperlihatkan kepada kita mengenai
pergumulan dan perjuangan yang keras dari orang-orang Yahudi dalam melawan
proses hellenisasi keagamaan khususnya dalam hal “pelarangan sunat.”
b.
Mengerti “tradisi” yang ada dan
hidup di era Yesus dan para Rasul. Ada persamaan antara pemikiran Yesus dan
Para Rasul dengan “tradisi” Yahudi yang ada di zamannya.
Sirakh 51:23, 26-27
|
Matius 11:28-30
|
Hendaklah mendekati aku, hai kamu sekalian yang belum terdidik,
dan hendaklah tinggal di rumah pendidikan … tundukkanlah tengkukmu dibawah
kuk, dan hendaklah hatimu menerima pengajaran. Dekatlah Dia untuk ditemui.
Lihatlah dengan mata kepala sendiri bahwa hanya sedikit saja aku berikhtiar,
namun telah kutemukan banyak istirahat.
|
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku,
karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab
kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."
|
Yesus dan penulis
kitab Ben Sirakh menggunakan “terminology” dan “konteks” bahasa yang sama,
yakni bahasa “hikmat.”
c.
Mempelajari nilai-nilai moral
dan kesetiaan umat Tuhan di periode abad 3SM – 1 M. Sebagai contoh, kesalehan
kisah seorang bernama Tobit, telah memberikan banyak pelajaran bagi para bapak
gereja.